Senin, 05 September 2016

INA



Ina, bagaimana keadaan ruang doa kita?
Aku ingat setiap pagi kau berada di sana
Menyemai harap pada mimpi-mimpi.

Pun rindu sering mengawan pilu,
aku mengusap wajahku di sana.

Agustus, 2016

DOA MALAM



: untuk Ayah dan Ibu

Aku masih mengingat kata,
Sering kita ucap selepas senja.
Juga telah tersimpan di dadaku
Bahkan sebelum mimpi mengelus mataku,
Aku sering membacanya.

Agustus, 2016

Minggu, 21 Agustus 2016

Agustus Kelabu (?)



Abu jalanan masih menempel di wajahnya
hitam nan pekat

Menyumbat kepala
juga dadamu
yang serakah.
 
Awal Agustus, 2016

Selasa, 05 Juli 2016

CINTA

Ia adalah alam
Bak kata
Yang kau dengungkan
Lewat angin.

Ia adalah keindahan
Seperti bianglala
Yang kau nikmati
Lewat diam.

Ia adalah kehidupan
Serupa mentari
Yang kau rasakan
Lewat kebahagiaan.

Ialah cinta
Yang ada di relung hati
Dan dasar jiwamu!

Malaka, 14 Februari 2016

Kamis, 30 Juni 2016

KEPADA ANGIN

Angin! Bawa pulang rindumu.
kau hanya akan membawa luka
biarkan kesendirian ini menemukan jalannya.

Aku sedang mencumbui pagi!

Juni,  2016

Sabtu, 25 Juni 2016

ADA RINDU DI SANA

Pada matamu, ada bening-bening
mengalir lalu menetes.
seperti rambutmu, angin menyibak
terurai helai demi helai.
di dadamu, telah menempel
setumpuk kenangan.

Pun di bibirmu,
rinduku membenam
di sana,
selamanya!


Malang, 2016

Selasa, 21 Juni 2016

IBADAT KATA

Sehari saja,
saya berdoa berkali-kali.

Bahkan tak jarang,
bening-bening bola mata saya luruh
doa semakin kusyuk.

Barangkali kau juga mesti berdoa
sehingga kau selalu punya cerita setiap hari!

(JKT - 2016)

MERINDU


:Kepada Jodohku Yang Entah Dimana

Rindu masih melekat erat
Hari-hari membentang nun jauh
Melingkar diantara dawai gitar
Tertambat disana

Rindu masih merekat pekat
Melintas membumbung hingga nirwana
Bulan mengepakan sayap paling sayup
Memanggil pulang menuju palung

Suara lenyap dilahap senyap
Tatkala merengkuh lekuk wajahmu
Hilang dibalik bilik kenangan
Menunggumu ialah rindu tak padam

Malang, 30 April 2016

Jumat, 03 Juni 2016

POLITIK ITU SENI

Tiada musuh dan teman abadi
Yang abadi hanyalah kepentingan
Pribadi atau umum
Itulah seninya politik

Ya, politik memang seni
Siapa bilang tidak!

Seni dalam berargumen
Seni mengumbar janji
Sehingga menipu rakyat pun dianggap seni berpolitik

Pantas saja
Demokrasi dipandang sebelah mata
Rakyat semakin apatis
Habis politik banyak seninya
Hahaha...
Ah, sudahlah!

Kupang, 7 Desember 2015

MENARI, BOLEHKAH?

Jujur!
Aku ingin menari denganmu.
Bolehkah?

Ada Likurai
Bidu juga Tebe.
Silahkan. Kau mau yang mana?
Asalkan jangan memilih untuk menonton.
Akan aku ajarkan jika mau.

Tetapi maaf!
Jangan mengajakku berdansa
Sebab, aku hanya anak desa
yang tak tahu berdansa
apalagi menari ala modern.
Selagi lagi, maaf!

Penghujung Mei - 2016

Selasa, 31 Mei 2016

JARING - JARING MIMPI

Diakon Dickyandi Yosafat Mau Leto, Pr
 








Telah kau sudahi segalanya
tentang kisah dan kasih
tentang ingin juga angan
balada penuh keluh

Telah kau sudahi segalanya
memintal kata menjadikannya
sajak penuh sembilu
pada jedah waktu paling pilu

Telah kau kekalkan doamu
air matamu menjelma mata air
mengalir mengairi kehidupan
kau gubah menjadi puisi
kidung merdu
serupa jubahmu; putih nan suci

Hari ini, sebelum matahari membenam pada langit jingga
sebelum Mei membawa Maria meleburkan senja
Kudaraskan sejumput rindu barangkali sebagai bekal di jalanmu
Pun jenang kenangan yang terlampau parau

Rapikan altarmu. Kita habiskan anggur sebelum kau merapal firman
menuju haribaanmu yang paling agung
jangan takut; sebab Tuhan mengenal engkau!

Malang, 31 Mei 2016

Selasa, 24 Mei 2016

HENING


Sebelum mentari mengusap wajahnya
Ada yang mesti kita bicarakan
Tak perlu. Aku tahu maksudmu.
Kau salah. Tidak!

Aku tetap menunggumu di sini
Kalau tak sempat,
kirimkan saja puisimu
Barangkali aku bisa memelukmu di sana!

(JKT - Malang, 2016)

Senin, 23 Mei 2016

HAR(APA)N


Kembali kuhitung langkah
Setiap jengkal tanah
Menawarkan harap

Menukik pikir
Saling silang
Membawaku jelajahi
Langit
Yang nampak mati

Ah, mestinya tiada tapi
Sebab ia bukan tanya
Mengapa kau ada disini?


10 Mei 2016
(Di atas Bus Rute Malang-Solo)

Minggu, 22 Mei 2016

UNTUKMU; GADISKU!


Aku sedang memesan
ilalang
Menyamai di pekarang
rumah
persis di beranda,
Tempat aku menyeduh
puisi
Entah tentang apa?

ia terus terjaga sepanjang
malam
Menunggu bibirmu
Menempel pada cangkir kopi
Tempat kita mencumbui pagi

Ah, begini saja;
aku juga ingin mencinta
kepada puisi dan
iramanya
Kepada kopi dan
aromanya
Bak ombak menderu
di bibir pantai
yang hanya mencinati
cintamu
dengan sederhana!

Solo, 12 Mei 2016
Saat Senja Bertelut di Kaki
Bukit

Sabtu, 21 Mei 2016

ORAS LORON MALIRIN

: Saat Senja

Gerimis mengundang tanya
Waktu kita nyanyikan lagu rindu
Bolelebo
Rasa girang dan
berdendang,
pulang e....

Malang, 2016