Ia adalah alam Bak kata Yang kau
dengungkan Lewat angin. Ia adalah
keindahan Seperti bianglala Yang kau nikmati Lewat diam. Ia adalah
kehidupan Serupa mentari Yang kau rasakan Lewat
kebahagiaan. Ialah cinta Yang ada di
relung hati Dan dasar jiwamu! Malaka, 14 Februari 2016
Telah kau sudahi segalanya
tentang kisah dan kasih
tentang ingin juga angan
balada penuh keluh
Telah kau sudahi segalanya
memintal kata menjadikannya
sajak penuh sembilu
pada jedah waktu paling pilu
Telah kau kekalkan doamu
air matamu menjelma mata air
mengalir mengairi kehidupan
kau gubah menjadi puisi
kidung merdu
serupa jubahmu; putih nan suci
Hari ini, sebelum matahari membenam pada langit jingga
sebelum Mei membawa Maria meleburkan senja
Kudaraskan sejumput rindu barangkali sebagai bekal di jalanmu
Pun jenang kenangan yang terlampau parau
Rapikan altarmu. Kita habiskan anggur sebelum kau merapal firman
menuju haribaanmu yang paling agung
jangan takut; sebab Tuhan mengenal engkau!
Aku sedang memesan
ilalang
Menyamai di pekarang
rumah
persis di beranda,
Tempat aku menyeduh
puisi
Entah tentang apa?
ia terus terjaga sepanjang
malam
Menunggu bibirmu
Menempel pada cangkir kopi
Tempat kita mencumbui pagi
Ah, begini saja;
aku juga ingin mencinta
kepada puisi dan
iramanya
Kepada kopi dan
aromanya
Bak ombak menderu
di bibir pantai
yang hanya mencinati
cintamu
dengan sederhana!
Solo, 12 Mei 2016
Saat Senja Bertelut di Kaki
Bukit